Rabu, 22 Juni 2016

Renungan Tentang Sujud




Kebahagiaan terbaik yang didapati seorang hamba dalam hidup, adalah saat ia banyak bersungkur sujud di hadapan-Nya.
Disitu, ia akan mendapati rasa nikmat menjadi seorang hamba seutuhnya.

Banyak orang mengatakan bahwa sujud adalah posisi dimana seorang hamba menyadari bahwa kepala lebih rendah dari belakangnya, itu bermakna ketawadhuan. Ini betul. Tapi disana ada makna lain, yaitu bahwa sujud adalah posisi dimana hati berada di atas kepala, sehingga hati mudah terkoneksi dengan Yang Maha Kuasa.

Maka pantas saja orang-orang shalih terdahulu begitu banyak menyeringkan sujud, sampai-sampai Imam Ahmad ibn Hambal rahimahullah shalat dalam sehari sebanyak 300 raka'at, itu artinya dalam sehari, beliau bersujud sebanyak 600 kali sujud. Demikian juga dengan Harun Ar Rasyid rahimahullah, beliau kurang lebih dalam sehari shalat sebanyak 100 raka'at, itu artinya dalam sehari beliau bersujud sebanyak 200 kali sujud.
Allahu akbar! Dan masih banyak lagi orang-orang shalih lainnya rahimahumullah yang begitu senang menghiasi hari-harinya dengan memperbanyak sujud.
Tahukah apa rahasianya? Karena sujudlah yang membawa seorang hamba pada sinyal terkuat, yang menjadikannya terus terkoneksi dengan Dia yang di atas.
Subhanallah wal hamdulillah.
Sungguh betapa bahagia hidup mereka.

Hidup kita yang penuh sedih, gundah, derita dan merana ini.
Barangkali disebabkan kurangnya kita bersujud di hadapan-Nya, atau mungkin kita sudah sering bersujud, tapi sayang, sujud kita hanya sekedar gerakan badan, tanpa makna, tidak membekas sama sekali dalam tingkah laku kehidupan kita, dan tidak mempengaruhi apa pun pada hati kita. Kepala kita masih di atas, ingin dihormati, ingin disanjung, ingin dipandang.
Sujudlah, resapi dan nikmati saat-saat dimana hati berada di atas kepala, itulah sebenarnya makna terbesar, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat; di rumah, di kantor, dan dimana pun, kita harus sentiasa bersikap layaknya seperti orang yang sedang bersujud, kita mengutamakan menggunakan hati dalam pergaulan dan sosialiasi terhadap sesama, sebelum kita mendongakkan kepala dan mengikuti apa yang kita prasangkakan dalam pikiran kepala kita.
Jika kita memberi hati, niscaya kita akan mendapati hati pula. 

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala mengaruniakan ilmu kepada kita, sehingga kita bisa beribadah dengan sebenar-benarnya ibadah.
Jika pun kita tidak bisa menjadi seperti mereka yang sangat banyak sujudnya, maka setidaknya kita bisa menikmati setiap sujud kita dalam shalat yang 5 waktu.
Allah selalu menyayangi, mencintai, dan mengingat kita. Jika kita ingin tahu?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar